Asterisk, Jiwaku dan Mimpiku
Ramadhan 1421 H…
Dug dug dug… Allahuakbar Allahuakbar…
“Yey, buka… Amy, aku pulang dulu, ya? Nih, kembang apinya, udah aku beliin tadi, buat main ntar abis sholat.”
“Yapp, makasih, ya, Jef,”
“Sip, adik kecil,”
“Haha, ‘adik kecil’… Oya, berangkat tarawihnya bareng, ya?”
“Oke, tuan putri. Udah, ya?”
Hmmh, dalam batin aku tertawa sendiri. Bagaimana bisa aku memanggilnya adik kecil, hahaha. Ehh, kira-kira ibu masak apa ya buat buka? Tanpa sabar aku berlari pulang dari rumah Amy yang berada tepat di depan rumahku.
---*!^.^!*---
Bulan Ramadhan seperti ini, sekolah pulang lebih cepat. Kata Pak Guru, sih, menghormati orang puasa. Tapi benar nggak ya? Benar atau tidak, yah, lumayanlah, khas anak sekolah yang selalu pengin pulang cepat. Seenggaknya makin banyak waktu main sama Amy, hihihi…
Tet tet teeeett…
Bel pulang sekolah mengagetkanku, aku bangun dari lamunanku. Setelah berdoa, aku dan teman-teman yang lain langsung berhamburan keluar kelas. Aku mengambil sepeda di tempat parkir. Amy sudah menunggu di depan gerbang sekolah. Ya, kami selalu berangkat dan pulang sekolah bersama. SD-ku tak jauh dari rumah. Cuma sekitar 500m sih, tapi, puasa-puasa gini, panas lagi, cukup melelahkan juga. Nggak apa-apa lah, demi adik cantikku, hehehe…
“Mi, aku punya buku cerita bagus,”
“Oh, ya? Apaan, Jef?”
“Ada lah… Nanti deh, aku tunjukkin,”
“Janji, ya? Nanti sore main kerumah aja. Oya, kamu kan juga janji mau ngajakin aku main layang-layang,”
“Aduh-aduh, aku pikir kamu udah lupa, hehe,”
“Ya nggak mungkin dong, Jadi, ya?”
“Siap boss cantik, ahaha…”
---*!^.^!*---
“Mi, Amy…”
“Yaa… Tunggu bentar, aku keluar,” jawabnya dari dalam rumah. “Maa.. aku main sama Jefri di halaman belakang”
Tak lama kemudian, Amy bukain pintu.
“Nih, buku yang aku bilang tadi,”
“Wah, makasih banget, ya?” ucapnya girang. “Asterisk? Judul yang menarik, ceritanya tentang apa?”
Aku jelasin garis besar buku itu sama Amy sambil kami berjalan menuju halaman di belakang rumahnya.
“Jadi Asterisk itu diambil dari nama bintang, dia adalah seorang petualang, yang baik hati dan suka menolong orang lain, yaah kayak aku gitulah, Mi,” kataku sambil bercanda. Iseng-iseng dikitlah.
“Halah, dasar kamu, terus.. ceritain lagi,”
“Nggak seru dong kalau ceritanya banyak-banyak. Nanti aja kamu bacanya pas mau tidur, biar mimpi indah, Asterisk pasti bakal bawa kamu pergi keliling dunia, karena dia punya angan-angan yang sama kayak kamu,”
“Wow, asyiik. Ehh, ayo jadi nggak main layang-layang?”
“Putri cantik, ini kan panas banget, ntar puasa kamu batal lho, mending aku ajarin kamu bikin layang-layang aja, ya?”
“Yaahh, yaudah deh,”
Begitulah. Hari-hariku yang begitu indah. Tiap hari bermain sama dia. Tapi, aku tahu, semua ini nggak akan berlangsung lebih lama lagi.
---*!^.^!*---
Sejak kecil, aku jatuh cinta pada dunia astronomi. Semua hal tentang bintang, luar angkasa, langit, aku sangat menyukainya. Amy juga banyak tahu tentang bintang dari cerita-ceritaku. Waktu TK sih, cita-citaku pengin jadi power rangers, biar bisa pergi keluar angkasa gratis, hahaha. Tapi sekarang, dengan semua mimpi-mimpi Amy yang dia bagi denganku, aku bertekad menjadi seorang pilot. Agar kelak bisa mengajaknya melihat dunia ini lebih jauh, melihat tempat-tempat dengan orang yang berbeda-beda, dan pokoknya semuanya deh.
Setahun lalu, pamanku lulus dari study penerbangannya dan bekerja di salah satu maskapai penerbangan di Belanda. Aku sangat ingin seperti dia. Lalu paman menawariku untuk pindah kesana saja. Ada istri paman yang bisa mengurusku katanya. Demi merintis study-ku. Paman berjanji akan membantuku.
“Jadi, gimana, Jef?” tanya paman lewat telepon.
“Iya, paman. Ayah sedang mengurus semua surat-surat atau apa gitu katanya, mungkin kami berangkat setelah lebaran ini,”
Aku sudah terbiasa mandiri, jadi ayah dan ibu tidak begitu khawatir melepasku walaupun aku masih anak kemarin sore. Sekarang yang jadi pertanyaan, apa hanya dengan buku dongeng tentang Si Asterisk itu, Amy bakalan maafin aku yang seenaknya pergi gitu aja? Kami sudah berteman, bahkan bisa dibilang sejak lahir, karena dia hanya terpaut satu tahun dariku.
---*!^.^!*---
“Jef, malam takbiran nanti main kembang api lagi, ya?”
“Beres Tuan Putri,”
“Besok mamaku mau bikin opor ayam, nih, ibumu masak apa?”
“Wah, nggak tau, tuh. Yaa, kalau nggak masak aku makan di rumah kamu aja, ya? Hehehe…”
“Boleh-boleh, ahaha”
---*!^.^!*---
Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Laailaha Ilallahu Allahuakbar Allahuakbar walillahilham…
Gema takbir. Ya, lebaran terakhirku bersama Amy. Besok aku sudah harus berangkat. Mumpung ayah masih libur kerja, jadi bisa mengurus segala keperluanku.
“Amy, maaf lahir batin, ya, putri cantik,”
“Sama-sama… Minal aidzin wal faidzin Tuan Pilot ^^,” jawabnya sambil nyengir…
Ya. Dia tahu tentang cita-citaku. Akhirnya, mau tidak mau aku harus pamit sama dia, setelah lama aku ulur-ulur, bahkan sejak aku memantapkan keputusanku 3 minggu lalu. Aku tahu, dia pasti sedih.
“Kenapa baru bilang, sih, Jef? Terus siapa yang bakal ngajarin main layang-layang? Siapa yang boncengin aku buat berangkat dan pulang sekolah? Siapa yang mau jadi temen balap mobil-mobilan sama aku? Siapa yang….”
Semua kata-katanya membuatku tertegun.
Dia menangis. Begitupun dengan aku, tak bisa lebih lama lagi menahan air mata biar nggak jatuh. Tiba-tiba dia memutar ulang semua kenangan. Memaksa diriku sendiri untuk mempertimbangkan niatku sekali lagi. Tapi nggak bisa. Toh semua ini
demi mimpiku dan mimpi dia juga.
Aku kasih ke dia selembar kertas berisi tulisan tanganku.
“Putri cantik, ini, lagu yang aku bikin tadi malem, disimpen baik-baik, ya?”
Te extrano
Como te extranan las noches sin estrellas
Como se extranan, las mananyas bellas
Te extrano
Cuando camino, cuando lloro, cuando rio
Cuando el sol brilla, cuando hace mucho frao
Como los airboles extranan el otono
En esas noches, que no concilio el sueno
No te imaginas amor, como te extranan
Quando sono sola, sogno all’orizzonte
Paesi che non ho mai, veduto e vissuto con te
Adesso si li vivro, con te partiro
Yo te extrano, mi vida eres tu, yo te amo
Tu seras mi luz, mi bien
La magia de este sentimiento que estan fu erte y total
“Siapa tahu kalau aku udah gedhe nanti, terus balik kesini, dan kamu..jatuh cinta sama Si Pilot yang gagah ini, hehehe, kamu harus nyanyiin lagu ini dulu buat aku. Nah, baru deh aku percaya kalau itu kamu, dan mau nikah sama kamu,”
Aku coba buat menghiburnya. Walaupun aku sendiri pun masih kacau. Dan sepertinya aku berhasil. Dia mulai tersenyum karena gurauanku. Tapi asal tahu, itu sebenarnya bukanlah sekedar gurauan. Aku berharap kelak akan benar-benar terwujud. Aku membawa putri cantikku ini menggapai mimpinya.
“Nggak lucu, ah, Jef… Kamu kan tahu aku nggak bisa nyanyi,” Katanya dengan nada agak sebal. “Tapi aku bakal jaga ini kok, nggak akan ada orang lain yang bisa nyanyiin lagu ini selain aku kelak, aku akan cariin nada yang pas, kamu percaya aku pasti bisa kan?”
Nah, benar. Dia tersenyum. Akhirnya aku bisa lega juga. Sekaligus senang. Sangat senang. Aku anggap kata-katanya itu sebagai sebuah jawaban atas perasaan-yang orang-orang dewasa bilang sih, cinta monyet. Tapi entahlah, siapa yang tahu
kelak.
---*!^.^!*---
Tiga tahun kemudian, dia mulai masuk SMP. Yang kudengar dari ayah beberapa waktu yang lalu sih, sekarang dia sedang serius belajar musik dan bahasa Spanyol. Aku mulai bisa menggambarkan masa depanku nanti dalam anganku, bersama pengantinku. Karena rasa ini tak juga terhapus sampai sekarang. Tapi, semuanya, hanya waktu yang bisa menjawab. Karena inilah lagu yang aku tulis buat dia.
I miss You
Like You miss the night with star
Like You miss a beautiful morning
I miss You
When I walk, when I cry, when I laugh
When the sun shines, and when it’s cold outside
Like the trees miss autumn, those are the nights, that I can’t find sleep
My love You can not imagine, how much I miss You
When I’m alone, I dream on the horizon
The countries I never saw and share with You
Now, Yes, I shall experience them, I’ll go with You
I miss You, You are my life, I love You
You are my light, my well-being
The magic of this feeling that’s so strong and complete
---*!^.^!*---
Manusia (yang tidur setelah) Fajar
2 years ago
0 comments:
Post a Comment